Percobaan VI
Judul : Termokimia
Tujuan
: Menentukan tetapan
calorimeter dan mempelajari penentuan
kalor reaksi pada beberapa reaksi kimia secara eksperimen
kalor reaksi pada beberapa reaksi kimia secara eksperimen
Hari / Tanggal : Sabtu / 24 November 2012
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM
Banjarmasin
I. DASAR
TEORI
Termodinamika adalah suatu cabang ilmu yang
mempelajari perubahan energi secara kimia atau fisis. Termokimia
merupakan aplikasi dari hukum pertama termodinamika yang mempelajari tentang
perubahan energi dalam bentuk kalor dalam suatu reaksi kimia.
Menurut hukum pertama
termodinamika, perubahan energi yang menyertai perubahan wujud di nyatakan
dalam rumus :
∆E = Q - W
Dengan Q = Kalor yang di serap oleh sistem, dan
W = Kalor yang di lakukan oleh system
Kebanyakan
reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Kerja di rumuskan dengan
persamaan.
W = P. ∆V
Dengan P = tekanan gas, dan
∆V = Perubahan vulome untuk system gas
Oleh
karenanya pada keadaan tetap :
∆E = Q - P. ∆V
Bila
∆V = 0 , maka ∆E = Q.
Kuantitas
kalor yang di serap pada tekanan tetap di sebut entalpi (H), sedangkan
perubahannya di namakan perubahan entalpi (∆H). Sedangkan untuk reaksi yang
berlangsung pada volume tetap kalor reaksinya adalah ∆U.
Termokimia
mempelajari perubahan kalor atau panas yang ada dalam suatu reaksi kimia, yang
mana kalor atau panas tersebut ialah suatu bentuk energi. Dalam percobaan ini,
perubahan kalor yang di pelajari pada tekanan konstan. Jadi, perubahan kalor
yang di tentukan adalah perubahan entalpi (∆H). Apabila sistem yang kita
pelajari hanya mengangkut zat padat dan zat cair saja (perubahan volume sangat
kecil), maka kerja yang bersangkutan dengan sistem tersebut (W) dapat di
abaikan. Oleh karena itu, perubahan entalpi (∆H) dan perubahan energi dalam
(∆U) dalam hal ini adalah identik.
Jumlah
perubahan kalor sebagai hasil reaksi kimia dapat di ukur dalam suatu
Kalorimeter ( yang di ukur adalah temperatur ). Perubahan temperatur tersebut
di ukur dengan termometer yang sensitif.
Kalorimeter
di pergunakan untuk mengukur perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia,
yang umumnya reaksi di lakukan pada suatu tempat yang di isoler. Kalorimeter
terdiri atas suatu batang yang di buat sedemikian hingga ada pertukaran atau
perpindahan kalor yang terjadi dengan sekelilingnya, atau kalaupun ada,
pertukaran kalor harus sekecil mungkin sehingga dapat di abaikan. Sebagai
Kalorimeter sederhana, dapat di pergunakan botol termus gelas kimia yang di
hubungkan atau di bungkus dengan busa-plastik atau botol plastik. Akan tetapi
perlu di perhatikan bahwa ada pertukaran kalor antara kalorimeter dan isinya,
sehingga perlu peneraan calorimeter ( yaitu menentukan kalor yang di serap oleh
kalorimeter ) seteliti mungkin, sesuai dengan percobaan yang di pelajari.
Jumlah
kalor yang di serap kalorimeter untuk menaikkan temperaturnya sebesar satu
derajat di sebut Tetapan Kalorimeter.
Salah
satu cara untuk menentukan tetapan kalorimeter seperti yang di lakukan pada
percobaan ini adalah dengan mencampurkan sejumlah air dingin ( massa M1, suhu T1 ) dengan sejumlah air panas (
massa M2, suhu T2 ) di dalam kalorimeter tang akan
di tentukan tetapannya. Beda temperatur air yang di tentukan tidak lebih dari
10 derajat, jika kalorimeter tidak menyerap kalor dari campuran ini, kalor yang
di berikan air dingin.
Sebaiknya
pada saat terjadi reaksi, reaksi dapat berlangsung dengan cepat, sehingga pendinginan dapat dibuat minimum dan reaksi
terjadi dapat sempurna. Airdalam kalorimeter harus di aduk agar temperature
menjadi merata, tetapi panas yang timbul karena pengadukan dan panas yang
hilang karena penguapan air ini harus sekecil mungkin terjadi. Untuk mencegah
adanya radiasi panas, maka dinding kalorimeter dibuatrangkap dan divakumkan.
Kalori meter yang digunakan adalah steroform karena kalor sulit untuk menembus
ruang yang tersekat.
Harga
tetapan kalorimeter (K) di peroleh dengan membagi jumlah kalor yang di
serap kalorimeter dengan perubahan temperaturnya pada kalorimeter. Seperti
rumus yang berlaku :
∆T ∆T
Keterangan
:
K = Tetapan kalorimeter
Q1 = Kalor yang di serap air dingin
Q2 = Kalor yang di serap air panas
Q3 = kalor yang di serap kalorimeter
( Q2 – Q1 )
∆T = Perubahan temperatur
Namun pada percobaan ini,
kalorimeter dari dua buah gelas Styrofoam. Di gunakan untuk isolator sehingga
jumlah kalor yang di serap atau di lepaskan ke lingkungan dapat di abaikan.
Jadi, dalam menentukan ∆H menggunakan kalorimeter, kita akan selalu menghubungkan
dengan kalor atauu panas. Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan 1 gram
zat sebesar 1˚C atau 1˚K di sebut panas jenis ( C ) dan di nyatakan dengan
satuan joule
. Untuk menentukan jumlah kalor suatu zat secara umum berlaku
rumus sebagai berikut :
Q = M . C . ∆T
Keterangan
:
Q = Jumlah kalor ( joule )
M = Massa zat ( gram )
C = Kalori jenis (joule 
∆T = Perubahan suhu ( ˚akhir - ˚awal )
Kalorimeter merupakan sistem
terisolasi sehingga kalor reaksi sama dengan kalor yang di serap oleh larutan
dan kalorimeter. Tetapi tandanya berbeda.
Qreaksi = - ( Q larutan + Q
kalorimeter )
Qreaksi = - Qlarutan`
∆H = - Q larutan / mol → ∆H
= Q reaksi / mol
Kalor
reaksi merupakan energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya.
Sistem merupakan sesuatu hal yang di amati. Sistem terbagi menjadi 3 macam,
yaitu sistem terbuka yakni sistem yang dapat mengadakan pertukaran materi dan
energi dengan lingkungannya. Kedua, sistem tertutup mempunyai dinding diatermal
sehingga hanya terjadi pertukaran energi. Ketiga, sistem tersekat adalah sistem
yang tidak mengadakan pertukaran materi dan energi dengan lingkungan, karena
mempunyai dinding adiatermal. Sedangkan lingkungan sendiri mempunyai pengertian
yaitu sesuatu yang di luar sistem.
Kalor reaksi pada tekanan tetap.
Perhatikan pemisalan berikut :
A + B → C + D
Perubahan
entalpi (∆H ) untuk reaksi ini adalah :
∆H = H Hasil reaksi – H pereaksi
∆H
= ( HC + HD ) – ( HA + HB )
Bila
( HA + HB ) > ( HC + HD ), maka ∆H negatif dan reaksi berlangsung dengan
mengeluarkan kalor atau pada reaksi terjadi perpindahan kalor dari sistem
kelingkungan yang di sebut reaksi eksoterm. Sedangkan bila ( HA + HB ) < (
HC + HD ), maka ∆H positif dan reaksi berlangsung dengan penyerapan kalor atau
pada saat reaksi terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem yang di
sebut reaksi endoterm.
Kalor
reaksi tidak hanya bergantung pada apakah reaksi yang bersangkutan berlangsung
pada volume atau keadaan tetap, melainkan juga pada jumlah zat-zat dalam reaksi,
keadaan fisiknya, temperatur, dan tekanan. Pengaruh tekanan biasanya sangat
kecil. Oleh karena itu, kalor reaksi biasanya di berikan bersama-sama dengan
persamaan reaksi – reaksi yang menunjukkan kondisi reaksi dengan jelas.
Persamaan serupa ini di sebut persamaan termokimia.
Contoh
:
N2 (g) + 3 H2 (g) → 2 NH3 (g) ∆H = - 26,78 kkal pada 1000 K
Persamaan ini menyatakan : bila
suatu mol gas nitrogen bereaksi dengan sempurna dengan 3 mol gas hydrogen dan
membentuk 2 mol gas amoniak pada 1000 K, maka kalor yang di lepaskan adalah
26,78 kkal.
Bila baik zat-zat pereaksi maupun
zat-zat hasil reaksi berada dalam keadaan standar, yang mana keadaan standar
suatu zat adalah keadaan dengan wujud paling stabil pada tekanan 1 atm dan
temperatur 25°C, maka harus di berikan sebagai ∆H°.
Contoh :
H2 (g) +
O2 (g) → H2O (l) ∆H° = -68,32 kkal pada 298 K
Di
tinjau dari jenis reaksi, terdapat empat jenis kalor, yaitu :
1. Kalor pembentukan, yaitu kalor
yang menyertai pembentukan satu mol senyawa langsung dari unsur-unsurnya.
Contoh :
C (s) + O2 (g) → CO2 (g) ∆Hf° = -394 Kj molˉ¹
2.
Kalor
penguraian, yaitu kalor yang menyertai penguraian satu mol senyawa langsung
menjadi unsur-unsurnya. Contoh :
NH3 (g) →
N2 (g) + 1
H2 (g) ∆H = +46 Kj molˉ¹
3.
Kalor
penetralan, yaitu kalor yang menyertai pembentukan 1 mol air dari reaksi
penetralan ( asam dan basa ). Contoh :
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCl
(aq) + H2O (l) ∆H = 121 Kj molˉ¹
4.
Kalor
reaksi, yakni kalor yang menyertai suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana. Contoh :
3 H2 (g) + N2 (g) → 2 NH3 (g) ∆H = -92 Kj
II. ALAT
DAN BAHAN
A.
Alat-alat
yang di gunakan
1.
Gelas
ukur :
1 buah
2.
Gelas
kimia :
1 buah
3.
Termometer : 2
buah
4.
Timbangan : 1 buah
5.
Kalorimeter
( Gelas Styrofoam ) : 2 buah
6.
Hot
plate :
1 buah
7.
Batang
pengaduk : 1
buah
8.
Pipet
tetes :
1 buah
B.
Bahan-bahan
yang di gunakan
1.
Aquades
2.
Serbuk
seng (Zn)
3.
Larutan
Tembaga II Sulfat (CuSO4)1
M
4.
Larutan
Asam klorida (HCl) 2 M
5.
Larutan
Asam Sulfat (CH3COOH)
2 M
6.
Larutan
Natrium Hidroksida (NaOH) 2 M
7.
Larutan
Amunium Hidroksida (NH4OH)
2 M
III. PROSEDUR
KERJA
A. Penentuan Tetapan Kalorimeter
1.
Memasukkan
50 cm³ air dengan gelas ukur ke dalam kalorimeter. Mencatat suhunya.
2.
Memanaskan
50 cm³ air ke dalam gelas kimia sampai kurang lebih 10
di atas temperatur kamar,
mencatat temperaturnya.
3.
Mencampurkan
air panas pada bagian 2 ke dalam kalorimeter, mengaduk atau mengocok. Mencatat
suhunya tepat 10 menit setelah pencampuran.
B. Penentuan
kalor reaksi Zn (s) + CuSO4
(aq)
1.
Menimbang
40 cm³ larutan CuSO4
1 M, kemudian memasukkan ke dalam kalorimeter
2.
Mencatat
temperaturnya ( temperatur awal )
3.
Menimbang
dengan tepat 3,00 gr bubuk Zn ( Mr = 65,4 )
4.
Memasukkan
bubuk Zn ke dalam larutan CuSO4 dalam kalorimeter
5.
Mencatat
temperatur selang 1 menit setelah pencampuran selama 10 menit ( temperature
setelah 10 menit merupakan temperatur akhir )
6.
Mengukur
kenaikan temperatur menggunakan grafik ( misalkan = ∆T1 )
C.
Penentuan
kalor penetralan HCl dan NaOH
1.
Memasukkan
50 cm3 HCl 2 M ke dalam kalorimeter, dan mencatat temperaturnya.
2.
Mengukur
50 cm3 NaOH 2 M dan mencampurkan dengan HCl dalam kalorimeter.
3.
Mencatat
temperatur campuran tepat 5 menit setelah pencampuran.
4.
Menghitung
H penetralan jika kerapatan larutan 1,03 gr/cm3
dan kalor jenisnya 3,09 J/grK
D. Penentuan
kalor penetralan NH4OH dan HCl
1.
Memasukan
50 cm3 larutan NH4OH 2M ke dalam kalorimeter, mencatat
temperaturnya
2.
Mengukur
50 cm3 larutan HCl
2M dan mencampurkan dengan larutan NH4OH dalam kalorimeter
3.
Mencatat
temperature campuran tepat 5 menit setelah pencampuran
4.
Menghitung
∆H penetralan jika kerapatan kelarutan 1,015gr
/ cm3 dan kalor jenisnya 3,96
J/gr K
E. Penentuan
kalor penetralan NaOH dan CH3COOH
1.
Memasukan
50 cm3 larutan NaOH 2M ke dalam kalorimeter, mencatat
temperaturnya
2.
Mengukur
50 cm3 larutan CH3COOH
2M dan mencampurkan dengan larutan NaOH
dalam kalorimeter
3.
Mencatat
temperature campuran tepat 5 menit setelah pencampuran
4.
Menghitung
∆H penetralan jika kerapatan kelarutan 1,090 gr / cm3 dan kalor jenisnya 4,02
J/gr K
IV.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel
A Penentuan
Tetapan Kalorimeter
NO
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1
|
Volume air dingin
|
50
cm³
|
2
|
Volume air panas
|
50
cm³
|
3
|
Massa air dingin
|
50
gr
|
4
|
Massa air panas
|
50
gr
|
5
|
Suhu air dingin dalam
calorimeter
|
29
|
6
|
Suhu air panas
|
38
|
7
|
Suhu 10 menit setelah
pencampuran
|
33
|
Tabel B Penentuan
kalor reaksi Zn + CuSO4
NO
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1
|
Volume larutan CuSO4
|
40 ml
|
2
|
Massa larutan CuSO4
|
45,6 gr
|
3
|
Suhu awal
|
30°C
|
4
|
Suhu akhir
|
39°C
|
5
|
Suhu setelah 1
menit pencampuran
|
40,5°C
|
6
|
Suhu setelah 2
menit pencampuran
|
40,4°C
|
7
|
Suhu setelah 3
menit pencampuran
|
40,3°C
|
8
|
Suhu setelah 4
menit pencampuran
|
40,2°C
|
9
|
Suhu setelah 5
menit pencampuran
|
40,1°C
|
10
|
Suhu setelah 6
menit pencampuran
|
40°C
|
11
|
Suhu setelah 7
menit pencampuran
|
39,8°C
|
12
|
Suhu setelah 8 menit
pencampuran
|
39,5°C
|
13
|
Suhu setelah 9
menit pencampuran
|
39,2°C
|
14
|
Suhu setelah 10
menit pencampuran
|
39°C
|
Tabel C Penentuan kalor penetralan HCl dan
NaOH
NO
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1
|
Suhu
awal HCl
|
30 °C
|
2
|
Massa
larutan HCl dan NaOH
|
103 gr
|
3
|
Volume
HCl
|
50 cm3
|
4
|
Volume
NaOH
|
50 cm3
|
5
|
Suhu
5 menit setelah pencampuran
|
40 °C
|
Tabel D Penentuan kalor penetralan HCL dan
NH4OH
NO
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1
|
Suhu
awal HCl
|
29°C
|
2
|
Suhu
awal NH4OH
|
29°C
|
3
|
Massa
larutan HCl
|
50,75 gr
|
4
|
Massa
larutan NH4OH
|
50,75 gr
|
5
|
Volume
HCl
|
50 ml
|
6
|
Volume
NH4OH
|
50 ml
|
7
|
Suhu
5 menit setelah pencampuran
|
37°C
|
Tabel E Penentuan kalor penetralan NaOH dan CH3COOH
NO
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1
|
Suhu
awal NaOH
|
31℃
|
2
|
Massa
larutan NaOH
|
54,5 gr
|
3
|
Massa
larutan CH3COOH
|
54,5 gr
|
4
|
Volume
NaOH
|
50cm3
|
5
|
Volume
CH3COOH
|
50cm3
|
6
|
Suhu
5 menit setelah pencampuran
|
41℃
|
V.
ANALISIS
DATA
A.
Penentuan
Tetapan Kalorimeter
Pada percobaan ini, air sebanyak 50 cm3
dimasukkan ke dalam kalorimeter menggunakan gelas ukur. Selanjutnya mengukur
suhu air di dalam kalorimeter tersebut
dengan menggunakan termometer dan didapatkan suhunya yaitu 29
. Kemudian mengambil lagi air sebanyak 50 cm3 dan memanaskan
air tersebut dengan menggunakan hotplate. Memanaskan air tersebut selama
beberapa menit yaitu sampai temperaturnya kurang lebih 10
di atas temperatur kamar.
Lalu mengukur suhu air tersebut menggunakan termometer dan didapatkan suhunya
yaitu 38
.
Setelah kedua suhu air tersebut
diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mencampurkan air panas yang terdapat
dalam gelas kimia ke dalam kalorimeter. Selanjutnya mengaduk campuran tersebut
dengan batang pengaduk. Pengadukan tersebut dilakukan untuk mempercepat
jalannya reaksi kemudian mencatat suhu campuran tersebut tepat 10 menit setelah
pencampuran.
Saat pencampuran, terjadi pelepasan kalor
dari air yang bersuhu tinggi ke air bersuhu rendah. Air dingin menerima kalor
dari air panas sehingga didapat suhu campurannya. Namun, kalor yang dilepas
oleh air panas tidak sama dengan kalor yang diserap air dingin karena
kalorimeter juga ikut menyerap kalor. Maka besar kalor yang diserap kalorimeter
adalah selisih antara kalor yang dilepas air panas dengan kalor yang diserap
air dingin.
Berdasarkan percobaan untuk menentukan
tetapan kalorimeter ini, kita mendapatkan beberapa data yang dapat kita gunakan
untuk melakukan perhitungan. Berdasarkan perhitungan, kita mengetahui bahwa
kalor yang diserap oleh air dingin (q₁) adalah 840 J dan kalor yang diberikan
air panas(q₂) sebanyak 1050 J. Setelah didapatkan kalor yang diserap air
dingin dan kalor yang diberikan air panas, maka kita dapat menghitung kalor
yang diterima kalorimeter (q₃) dengan cara mengurangkan (q₁)
dengan (q₂). Didapatkan bahwa kalor yang diterima kalorimeter adalah 210
J.
Tetapan kalorimeter dapat kita cari atau
diketahui dengan membagi kalor yang diterima kalorimeter (q₃)
dengan perubahan suhu (∆T). Sehingga didapatkan tetapan kalorimeternya sebesar
52,5 JK⁻¹.
B.
Penentuan
kalor reaksi Zn + CuSO4
Pada percobaan kedua atau bagian B ini, yakni
menentukan kalor reaksi Zn - CuSO4 dengan menyiapkan larutan
larutan CuSO4 sebanyak
40 cm3 serta mengukur suhu larutannya. Dan setelah di ukur di dapat
suhu larutan CuSO4
adalah 30°C. Kemudian setelah di ukur suhunya ( 30°C ) sebagai suhu awal,
larutan tadi di masukkan ke dalam kalorimeter. Selanjutnya menimbang Zn dengan
tepat sebanyak 3 gram dan memasukkannya ke dalam kalorimeter yang sudah ada
larutan CuSO4
( 40 ml ) tadi. Kalorimeter ini pun harus sama dengan kalorimeter yang di
gunakan untuk menentukan tetapan Kalorimeter pada percobaan yang pertama.
Kemudian setelah di lakukan pencampuran, mencatat perubahan suhu yang terjadi
pada pencampurean tersebut.
Setelah di lakukan pengamatan pada pencampuran ini,
ternyata campuran antara CuSO4 dengan serbuk Zn pada 1 menit setelah pencampuran
mengalami kenaikan suhu yaitu 40,5°C sampai 10 menit setelah pencampuran suhu
yang di dapat menurun menjadi 39°C. Dalam hal ini, dari suhu awal 30°C kemudian
setelah 1 menit pencampuran mengalami kenaikan drastis yaitu 40,5°C, namun
ketika pada 2 menit setelah pencampuran suhu menurun menjadi 40,4°C .
Pada saat 3 menit sampai 10 menit setelah pencampuran
suhu secara perlahan terus turun sedikit demi sedikit. Hal ini dapat di lihat pada
grafik di bagian lampiran.
Berikut adalah reaksi yang terjadi antara padatan seng dengan tembaga
(II) sulfat :
Zn (s) + CuSO4 (aq) → ZnSO4 (aq) + Cu (s)
Perubahan panas (∆H) pada reaksi antara Zn dengan
CuSO4 yang di dapat dari hasil
praktikum ini adalah + 38,084 Kj/mol. Pada reaksi ini, kedua zat yang di
reaksikan tersebut menghasilkan endapan baru Cu yang berwarna kecoklatan sebab
logam Zn nya terurai .
Jika di lihat dari perubahan suhu yang terjadi dan
juga dari ∆H yang di hasilkan dapat di simpulkan bahwa reaksi antara Zn (s) dan
CuSO4 (aq) berlangsung secara
endoterm. Adanya kenaikan suhu menunjukkan bahwa adanya kalor yang di serap
pada reaksi tersebut. Sementara, jika di lihat dari perubahan panas yang di
hasilkan bersifat positif maka semakin memperkuat hasil yang di dapat bahwa
reaksi yang berlangsung secara endoterm.
C. Penentuan kalor penetralan HCl
dan NaOH
Percobaan yang dilakukan yaitu
penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH. Diawali dengan mengukur 50 ml larutan
HCl 2 M dan mengisikannya ke dalam kalorimeter dan didapatkan suhunya sebesar
30˚ C. Kemudian 50 ml larutan NaOH 2 M dicampurkan ke dalam kalorimeter yang
berisi 50 ml larutan HCl 2 M shingga didapatkan suhu pencampuran 40˚ C (setelah
tepat 5 menit). Dari percobaan ini,dapat diketahui terjadinya pertukaran kalor
netralisasi. Kalor netralisasi adalah panas yang timbul pada penetralan asam
atau basa kuat, tetap untuk tiap-tiap mol H2O yang terbentuk.
Didapatkan kalor netralisasi karena ternetralisasinya larutan asam dan basanya.
Dan juga diadakan pengadukan yang bertujuan mempercepat adanya transfer
elektron dari ion-ion yang ada di dalam larutan.
Nilai
kalor netralisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti massa asam dan
basa, perubahan kalorimeter dan zat-zat yang berfungsi sebagai penyerap kalor
dalam sistem kalorimeter. Faktor-faktor ini dalam persamaan Hukum Black, yaitu
Qlepas = Qterima. Dalam sistem ini, campuran asam dan
basa akan melepas kalor saat ionisasi.
Secara rinci dapat dituliskan :
Qlepas
= Qterima
(masam + mbasa) Cnetralisasi.
Tnet = Ckalorimeter +
Tkalorimeter +mair. Mcair.
Tair
Nilai kalor campuran dari asam dan
basa juga dapat dihitung dengan :
Qcampuran = mcampuran
(asam dan basa) . Cnetralisasi .
Tcampuran (asam dan basa)
Berdasarkan
hasil percobaan kalor yang diserap oleh larutan campuran adalah sebesar 3182,7
J yang merupakan adanya suatu reaksi endoterm. Dan untuk nilai kalor yang
diserap oleh kalorimeter adalah 525 J juga merupakan reaksi endoterm.
Menurut
persamaan reaksi :
Dalam
reaksi ini HCl dan NaOH sama-sama terionisasi dengan sempurna dalam air dimana
HCl membentuk ion H+ dan Cl-, begitu pula dengan NaOH
yang membentuk ion Na+ dan OH- . Maka campuran antara HCl
dan NaOH merupakan sistem yang menerima kalor dan kalorimeter berfungsi sebagai
pelepas kalor.
Mekanisme reaksi :
a.
Disosiasi
Asam Klorida
b.
Disosiasi
Natrium Hidroksida
c.
Reaksi
Netralisasi
Kita
dapat berpikir bahwa entalpi pembentukan senyawa yang terion sempurna dalam
larutan adalah jumlah entalpi pembentukan larutan ion pembentuknya. Jadi, dapat
dipikirkan bahwa entalpi pembentukan HCl(aq) adalah jumlah entalpi
pembentukan H+ dan Cl-.
Begitu juga dengan senyawa yang lainnya.
Dan
dari perhitungan didapatkan entalpi pembentukan NaCl sebesar + 37.077 J sehingga dapat dituliskan persamaan termokimianya:
Berdasarkan
hal ini, berarti reaksi di atas merupakan reaksi endoterm di mana kalor masuk
ke dalam sistem penetralan dari kalorimeter.
D.
Penentuan kalor penetralan NH4OH dan HCl
Percobaan
ke empat adalah menentukan kalor penetralan HCl
dan NH4OH.
Dalam menetukan kalor penetralan antara asam kuat dan basa lemah ini , pertama
kita memasukkan asam kuat (HCl 2 M)
sebanyak 50 ml kedalam kalorimeter yang sudah ditentukan tetapan
kalorimeternya. Setelah dimasukkan
ke dalam kalorimeter
yang sudah ditentukan tetapan kalorimeter, mengukur suhu HCl dan diperoleh
29°C. selanjutnya mencampur kan NH4OH 2M kedalam kalorimeter yang
berisi HCl sebanyak 50 ml. Kemudian diamkan sampai tepat 5 menit stelah pencampuran.
Setelah tepat 5 menit pencampuran
ternyata suhu antara HCl dengan NH4OH mengalami kenaikan dari suhu
sebelum reaksi yaitu 37. Ada sekitar 2°C kenaikan suhunya lebih rendah dibanding
kenaikan suhu campuran antara asam kuat dengan basa kuat.
Kalor yang diserap larutan dari
pencampuran antara NH4OH
dengan HCl adalah sebesar 3215,52 Joule. Kalor yang diserap kalorimeter adalah
420 joule. Sehingga kalor yang dihasilkan reaksi penetralan ini adalah 3635,52
joule.
Pada
reaksi penetralan HCl direaksikan dengan NH4OH menghasilkan garam dan air
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
HCl dan NH4OH masing-masing mempunyai molaritas
sebesar 2M dan volume masing-masing nya adalah 0,05 L. Dengan demikian mol
pereaksi yang terlibat dalam reaksi penetralan ini adalah 0,1 mol. Dengan
demikian dapat dihitung ΔH penetralannya yaitu dengan menggunakan kalor yang
dihasilkan reaksi berbanding terbalik dengan mol pereaksi yang terlibat, maka
di dapat penetralan sebesar +36,36 kj/mol.
Melihat dari kenaikan suhu yang
terjadi dan niai ΔH yang positif maka reaksi penetralan antara HCl dan NH4OH berlangsung secara endoterm.
Adanya kenaikan suhu menunjukkan adanya kalor yang diserap oleh sistem dari
lingkungan. Sementara nilai ΔH yang positif
semakin menunjukkan bahwa reaksi berlangsung secara endoterm . selain
itu juga nilai ΔH penetralan asam kuat dan basa lemah lebih kecil dibanding ΔH
penetralan asam kuat dan basa kuat. Hal ini disebabkan karena kenaikan suhu
reaksi asam kuat dan basa lemah lebih rendah dibanding kenaikan suhu reaksi
asam kuat dan basa kuat .
E.
Penentuan
kalor penetralan
NaOH dan CH3COOH
Pada percobaan kali
ini akan di tentukan ∆H penetralan dari NaOH dan CH3COOH. Langkah
pertama memasukan 50 cm3 larutan NaOH 2M kedalam lalorimeter dan
mencatat temperature awal. Dan dari pengukuran di dapatlkan temperature sebesar
31℃ atau setara dengan 304⁰K.
Langkah selanjutnya dalah memasukan 50
cm3 larutan CH3COOH 2M ke da lam kalorimeter yang telah
di isi dengan larutan NaOH tadi. Kemudian diaduk dan melakukan pengkuran
temperature. Pengadukan dilakukan agar temperatur merata dan sebaiknya reaksi
berlangsung cepat sehingga pendinginan dapat dibuat minimum dan reaksi yang
terjadi sempyrna. Setelah pencampuran selama 5 menit di dapatkan perhitungan temperatur campuran
larutan adalah 41℃ atau setara dengan 314⁰K.
Reaksi
yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi antara natrium hidroksida (NaOH)
dengan asam asetat (CH3COOH) yang menghasilkan garam asam (CH3COONa)
dan air. Reaksi itu dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
NaOH (aq) + CH3COOH
(aq)
CH3COONa (aq) + H2O (l)
Yang bertindak sebagai
system pada reaksi ini adalah NaOh dan CH3COOH dan yang bertindak
sebagai lingkungan adalah air. Pada reaksi tersebut temperatur larutan
meningkat, hal ini terjadi karena pada saat reaksi terjadi penyerapan kalor ke
lingkungan sehingga suhu system naik. Atau reaksi ini di sebut dengan reaksi
endoderm.
Dengan mengurangkan
suhu campuran dengan suhu awal, maka didapat hasil perhitungan perubahan
temperature sebanyak 10⁰. dari data-data yang di terima telah di
ketahui bahwa kerapatan kelarutan adalah 1,090 gr/cm3 dan kalor
kenis larutan 4,02 J/gr K. Sehingga dapat menghitung masa larutan total dengan
menjumlah volume larutan NaOH dan volume CH3COOH di kali dengan
kerapatan kelarutan dan didapat masaa larutan adalah 109 gram.
Setelah mendapatkan
data-data tadi, dapat dilakukan perhitungan terhadap kalor yang diserap
larutan(q13)
dengan mengalikan massa larutan, kalor jenis larutan dan perubahan suhu. Dari
perhitungan di dapatkan hasil q1 adalah sebesar 4381,8 J.
Untuk kalor yang di
hasil hasilkan reaksi (q14)
di hitung dengan mengalikan tetapn kalorimeter dengan perubahan suhu. Tetapan
calorimeter yang di guhnakan adalah tetapan kalorimeter yang telah di hitung
pad apercobaan pertama yakni 52,5 J/K. Sehimgga di dapatkan hasilnya (q14) sebesar 525 J.
Kalor yang dihasilkan
reaksi (q15)
adalah sebesar 4906,8 J. hasil ini di dapatkan dengan menjumlahkan kalor yang
diserap larutan (q13) dengan kalor yang di hasilkan reaksi (q14). Dari data ini di dapatkan hasil q
adalah positif hal ini telah membuktikan bahwa sistem menyerap kalor dari
lingkungan (reaksi endoderm).
Jadi,
dengan semua data yang didapat ∆H penetralan antara reaksi NaOH dan CH3COOH
dapat dihitung. Perhitungan di lakuakan dengan membagi kalor yang dihasilkan (q15) dengan mol pereaksi yang terlibat dan
hasil perhitungan didapaka bahwa nilai ∆H adalah sebesar 49068 J. ∆H bernilai
positif karena entalpi standar hasil reaksi lebih besar di banding dengan
entalpi standar pereaksi (Hh
> Hp) dan proses ini di sebut reaksi Endoderm.
VI.
KESIMPULAN
Dari
percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Tetapan kalorimeter dapat di tentukan
dengan percobaan menggunakan air sebagai medianya dengan menggunakan
gelas kalorimeter (styroform)
2. Tetapan
kalorimeter yang di dapat dari percobaan ini adalah 52,5 J/ K.
3. Kalorimeter di pergunakan untuk mengukur
perubahan panas yang terjadi pada reaksi kimia, yang umumnya reaksi di lakukan
pada suatu tempat yang di isolir.
4. Jika dalam suatu reaski di dapatkan hasil
q adalah positif maka
reaksi itu adalah reaksi endoderm dan jika didapatkan hasil q adalah negatif
maka reaksi itu adalah reaski eksoterm.
5. Reaksi
endoderm adalah reaksi yang terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem
dan reaksi eksoterm adalah perpindahan kalor yang terjadi ndari sistem ke
lingkungan.
VII.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia.
Bandung :
Kimia PMIPA ITB
Achmad, H dan Tpanmahu. 1997. Stoikiometri Termodinamika Kimia.
Bandung :
ITB
Dosen-Dosen Kimia di Perguruan
Tinggi Indonesia Wilayah Barat. 1994.
Penuntun
Praktikum Kimia Dasar.
Bandung : ITB
Purba, Michael. 2003. Kimia 2000. Jakarta: Erlangga
Respati. 1992. Dasar-dasar Ilmu Kimia. Jakarta: Aksara Baru
Syahmani. 2012. Panduan Praktikum Kimia Dasar.
Banjarmasin : FKIP Kimia
Unlam
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. Bandung : ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar